Dirinya yang istri dari Kepala Desa itu juga menceritakan bahwa, sebelum mendapatkan sertifikat WBTB dari UNESCO melalui Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), desanya kerap kali dikunjungi peneliti atau sejarawan dari lokal maupun luar negeri (Amerika) untuk menggali info terkait Wayang Tari Topeng tersebut.
“Pada desember 2021 lalu, kami tokoh-tokoh dari Soneyan kemudian dipanggil ke Jakarta untuk menghadiri peresmian WBTB Wayang Tari Topeng Soneyan di Kemendikbud Ristek, namun baru kemarin sertifikat dan penghargaan itu diberikan oleh Bupati Pati Haryanto pada acara HUT Ke-699 Pati, kepada kami,”Katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Soneyan Margi Siswanto mengaku Tidak semua orang bisa memerankan Wayang Tari Topeng, selain warga desa Soneyan sendiri.
Bahkan, gamelan yang digunakan juga tidak sama dengan gamelan pada umumnya, karena berjumlah 7 buah, jadi siapapun yang memainkannya harus mempelajari dan berlatih terlebih dahulu.
“Pemeran wayangnya selain warga sini tidak bisa memerankannya, apalagi pemain gamelannya itu beda semua karena berjumlah 7 biji, dulu pernah coba pentas di Jakarta saja gamelannya berbeda akhirnya suaranya tidak orisinil atau sama,”Pungkasnya.
(Ari:Ws/RedZ1)





