Pentingnya Konstruksi Bangunan Tahan Gempa di Indonesia

zonasatu.net || Konstruksi merupakan objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Salah satu yang termasuk dalam kategori konstruksi yaitu rumah hunian.

Konstruksi rumah hunian di Indonesia menjadi salah satu objek yang paling rentan terkena dampak kerusakan bencana gempa bumi. Ada beberapa penyebab konstruksi rumah hunian rawan rusak saat terjadinya gempa.

Adapun penyebabnya antara lain, karena struktur konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan standar keamanan gempa bumi. Selain itu, kerusakan berbagai konstruksi disebabkan karena masyarakat kurang memperhatikan konsep keamanan pada konstruksi bangunan dalam pembuatannya, serta ketidakcermatan masyarakat dalam membangun konstruksi bangunan.

Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak cermat dalam membangun konstruksi bangunan. Pembangunan konstruksi yang tidak cermat, seperti membangun di lokasi yang berbahaya (di daerah patahan, di lereng, di bawah lereng, pada daerah lunak di pantai) menjadi penyebab permasalahan tersendiri dalam membangun sebuah konstruksi.

Selain itu, ketidak cermatan masyarakat juga tampak dari pemilihan material yang digunakan kurang baik, membangun dengan spesifikasi di bawah standar, dan pembangunan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya. Selain ketidakcermatan, penyebab lainnya yaitu karena struktur konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan standar keamanan gempa.

Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait keamanan konstruksi terhadap gempa sebenarnya telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Standardisasi ini bertujuan untuk menjamin keamanan masyarakat.

Adapun yang termasuk dalam kategori standardisasi keamanan konstruksi terhadap gempa antara lain, konstruksi harus memiliki struktur sistem penahan gaya dinamik gempa. Selain itu, standardisasi keamanan konstruksi juga mencakup adanya sistem penahan gempa pada konstruksi, dan konfigurasi strukturnya memenuhi standar anti gempa.

Dengan menerapkan beberapa standardisasi keamanan, maka keselamatan, kenyamanan, dan keamanan masyarakat yang menempati konstruksi tersebut dapat terjamin.

Selain faktor-faktor tersebut, penyebab lain konstruksi tidak terjamin keamanannya pada saat terjadinya gempa yaitu banyaknya masyarakat kurang memperhatikan konsep keamanan pada konstruksi bangunan dalam pembuatannya.

Konsep terjaminnya keamanan konstruksi tahan gempa meliputi beberapa hal diantaranya, pondasi, beton, dan beton bertulang. Pondasi merupakan bagian penting dalam struktur bangunan, sehingga konstruksi dapat terjamin keamanannya ketika menggunakan pondasi yang tepat.

Pondasi yang tepat mampu menjamin keamanan pada konstruksi bangunan dengan baik. Pondasi merupakan salah satu penentu kuat dan amannya sebuah konstruksi. Pondasi terletak di bagian paling bawah dan berfungsi menyalurkan beban ke tanah.

Oleh karena itu, pondasi harus diletakkan ke tanah dengan keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 60 hingga 80 cm. Salah satu jenis pondasi yang paling kuat dan aman, serta tahan gempa yaitu pondasi batu kali.

Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi yang paling populer. Rumah hunian merupakan salah satu contoh penerapan penggunaan pondasi batu kali. Dalam proses pembuatan pondasi batu kali tergolong sangat mudah dan sederhana. Pembuatan pondasi batu kali dilakukan hanya dengan menumpukkan batu kali di sisi bangunan, kemudian menempelkannya dengan semen.

Selain itu, pondasi jenis ini juga dikenal awet dan tidak mudah rusak terkena banjir atau gempa. Pondasi batu kali juga mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof.

Sloof merupakan struktur dari bangunan yang terletak di atas pondasi. Sloof memiliki fungsi untuk meratakan beban pondasi. Fungsi lain yang tak kalah penting dari sloof adalah sebagai pengunci dinding, sehingga jika terjadi pergeseran tanah, maka dinding tidak mudah roboh.

Untuk membuat pondasi yang memiliki hubungan kuat dengan sloof dapat dilakukan dengan pembuatan angkur dengan jarak 1 m. Angkur antara sloof dan besi tersebut dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20-25 cm.

Selain pondasi yang harus memiliki hubungan yang kuat dengan sloof, beton juga merupakan faktor lain yang dapat menjamin keamanan konstruksi.

Beton merupakan bagian umum yang dipakai untuk bangunan. Beton dibuat dengan mencampur pasir halus, kerikil, dengan air dan semen. Beton berfungsi menentukan kekuatan keseluruhan bangunan.

Penggunaan beton pada konstruksi bangunan sudah umum, tetapi dalam bangunan anti gempa beton harus dibuat kokoh dengan standar baku sehingga lebih aman. Beton yang banyak digunakan saat ini adalah beton normal.

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3menggunakan agregat alam yang dipecah (SNI 03-2834-2002). Beton normal memiliki kuat tekan sekitar 15-40 Mpa.

Kelebihan utama beton normal adalah memiliki kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tarik yang dimilikinya rendah. Untuk mengatasi kelemahannya terhadap tarik, maka beton normal dikombinasikan dengan baja tulangan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.