Diantaranya, Rina handayani (praktisi kesehatan), Muhammad Himatul Ikhiyar (Mahasiswa UNNES), Muhammad Maulana Rifky (Mahasiswa IAIN kudus), Abdul Quthbie Zayan Azam (siswa SD Muslimat Unggulan NU kudus), Avifah Nour Ainy (Siswa SD), dan Aisha Ghaza Kania Aaralyn (Siswa SD).
Abud SB Runcing, ketua Lesbumi Kudus mengapresiasi keberanian siswa sekolah dasar membaca puisi di depan khalayak ramai. Menurutnya kesenian seperti membaca puisi menjadi salah satu kegiatan positif yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Anak adalah investasi masa depan, tidak hanya untuk keluarga melainkan juga untuk zaman. Diantara canda riangnya tersimpan banyak harapan, tinggal bagaimana kita menempanya dan menjaganya. Jangan renggut masa mereka bermain dengan teman maupun keadaan,” katanya.
Lanjut Abud, mengutip pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, didiklah anak sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan pada zamanmu. Abud menyampaikan bahwa saat ini tantangan terbesar adalah teknologi digital seperti media sosial. Seorang akan lebih mudah terpengaruh ketika memasuki dunia maya apalagi anak remaja yang baru puber. Orang tua harus membekali anaknya dengan agama yang kuat sehingga pengaruh media digital tidak mudah diserap oleh seorang anak.
“Anak adalah titipan dan amanah Allah yang diberikan kepada seorang. Maka orangtua harus bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan buah hatinya dari pengaruh negatif yang merusak moralnya,” pungkasnya.
(Red/Z1)