Oleh : Irfan Hi. Abd Rahman
Cand Doktor Lingkungan UNHAS/Dosen Program Studi Teknik Lingkungan
UNIPAS Morotai
Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni 1974-2024 adalah merupakan momen penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam konteks perubahan iklim saat ini terlihat semakin mengkhawatirkan, peringatan ini menjadi semakin relevan dengan adanya Anomali perubahan iklim yang kita saksikan saat ini, seperti kenaikan suhu global, cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi, kekeringan berkepanjangan, dan bencana alam dan bencana lainya yang harus disadari sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Emisi gas rumah kaca dari industri, transportasi, pembangkit listrik, serta deforestasi telah mempercepat laju perubahan iklim secara signifikan.
Dampak anomali ini sudah kita rasakan, mulai dari berkurangnya keanekaragaman hayati, penurunan produksi pangan, kelangkaan air bersih, hingga ancaman terhadap kesehatan manusia. Bila tidak segera ditangani, krisis iklim dapat memicu masalah sosial-ekonomi yang lebih besar
Laporan Menurut laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2021, suhu permukaan global rata-rata telah meningkat sekitar 1,09°C sejak periode pra-industri (1850-1900) dampak kenaikan akan semakin memburuk jika emisi gas rumah kaca tidak segera dikurangi secara substansial.
Menurut Emil Salim (2022), Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh kenaikan suhu bumi sehingga menyebabkan kenaikan permukaan laut, banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem. Hal itu mengancam ketahanan pangan, ketersediaan air, dan infrastruktur.
Oleh karena itu, Hari Lingkungan Hidup tahun 05 Juni 2024 harus menjadi momentum untuk bertindak nyata. Kita perlu meningkatkan upaya mitigasi, seperti beralih ke energi terbarukan, menerapkan ekonomi sirkular, menghentikan deforestasi, serta mengubah pola konsumsi dan produksi menjadi lebih berkelanjutan.
Selain itu, kita juga harus meningkatkan kapasitas adaptasi, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan. Ini mencakup penguatan ketahanan pangan, penyediaan air bersih, serta sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana. Yang terpenting, penanganan krisis iklim membutuhkan aksi kolektif dari semua pihak – pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, hingga individu.
Setiap orang bisa berkontribusi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Anomali perubahan iklim adalah tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Namun dengan tekad kuat, kerja sama global, dan inovasi berkelanjutan, kita masih punya harapan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Hari Lingkungan Hidup menjadi pengingat penting akan tanggung jawab kita dalam mewujudkan hal tersebut.
Dampak Iklim Terhadap Kerusakan Pesisir
Kerusakan pesisir pantai merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian lebih. Pesisir pantai merupakan ekosistem yang sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Namun, berbagai aktivitas manusia dan perubahan iklim telah mengancam kelestarian wilayah ini.
Secara ekologis, pesisir pantai menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, termasuk bakau, terumbu karang, serta berbagai jenis ikan dan burung. Kerusakan pada ekosistem ini dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan ketidakseimbangan ekologis. Dari segi ekonomi, banyak masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sumber daya laut, seperti perikanan dan pariwisata.
Kerusakan pesisir pantai dapat berdampak pada penurunan tangkapan ikan dan jumlah wisatawan, yang berujung pada penurunan pendapatan masyarakat. Penyebab kerusakan pesisir pantai cukup beragam, mulai dari pembangunan yang tidak berkelanjutan, polusi, penambangan pasir, hingga perubahan iklim yang memicu kenaikan permukaan laut dan erosi. Semua faktor ini berperan dalam degradasi wilayah pesisir. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan penegakan hukum terkait perlindungan wilayah pesisir. Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan daya dukung lingkungan. Selain itu, pelibatan masyarakat lokal juga sangat penting. Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian pesisir dan diberdayakan untuk mengelola sumber daya secara berkelanjutan, misalnya melalui ekowisata atau budidaya perikanan ramah lingkungan.
Dampak Iklim Terhadap Pulau Kecil
Perubahan iklim memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap pulau-pulau kecil. Dengan karakteristik geografis yang unik dan sumber daya yang terbatas, pulau-pulau kecil menjadi salah satu wilayah yang paling rentan terhadap efek perubahan iklim.
Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) beberapa dampak Perubahan iklim
Pertama perubahan iklim akan menyebabkan Kenaikan permukaan laut dengan adanya Pencairan es dan ekspansi termal akibat pemanasan global menyebabkan kenaikan permukaan laut. Hal ini mengancam keberadaan pulau-pulau kecil yang elevasinya rendah. Kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan banjir, erosi pantai, intrusi air laut ke sumber air tawar, serta kehilangan lahan yang signifikan.